Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Misteri Manusia Purba Flores (Homo Floresiensis)

    Kerangka Manusia Purba Flores S eorang pastor Katolik asal Belanda, Theodor Verhoeven, SVD, yang mengajar di Seminari Menengah Mataloko (1949-1966), Kabupaten Ngada, telah melakukan penelitian lapangan dan ekskavasi (penggalian) beberapa lapisan tanah berbatu di hampir seluruh daratan Flores (dari Flores Timur hingga Flores Barat). Bersama tim ekspedisinya, Theodor Verhoeven menemukan fosil gajah purba jenis Stegodon pada tahun 1956 di Ola Bula, Mata Menge, Kabupaten Ngada, yang berusia 400.000 tahun. Hasil penemuannya ini mematahkan Teori Wallace Line, yang mengatakan bahwa daratan Indonesia Timur, termasuk Flores, tidak pernah bergabung dengan pulau-pulau lain di Indonesia Barat pada zaman glacial atau zaman es yang terjadi sekitar 19.000 tahun yang lampau. Menurut Verhoeven, pada zaman glacial terjadi penurunan air laut akibat meluasnya wilayah yang tertutup es di Kutub Utara dan Kutub Selatan, sehingga terjadi proses migrasi manusia dan fauna secara dua arah, baik dari wi

Kategori Hasil - Hasil Penemuan/ Penggalian Fosil dan Artefak Budaya Purba Flores

Hasil penggalian fosil dan artefak budaya Flores dikategorikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut: Artefak Kebudayaan Neolithicum (Zaman Batu Muda) Flores Sejak tahun 1950, Dr. Verhoeven berhasil mengumpulkan 150 buah kapak dan beberapa alat neolithis yang lain. Alat- alat kebudayaan neolithis ini diperoleh dari tangan penduduk lokal di Flores dan juga ditemukan pada bekas-bekas kampung lama. Kapak-kapak tersebut dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe: (a) Kapak persegi-panjang (tipe Jawa), (b) Kapak lonjong (tipe Papua), (c) Kapak berpunggung atas atau dakvorming (tipe Seram), (d) Kapak berbentuk campuran. Tipe kapak yang paling banyak ditemukan adalah kapak persegi-panjang (tipe Jawa), walaupun ada juga sejumlah kecil kapak lonjong (tipe Papua). Kapak-kapak tipe Jawa dan Papua ini ditemukan di wilayah Timur pulau Flores. Hal ini menunjukkan bahwa “pulau Flores berada di daerah pertemuan unsur-unsur Barat dan Timur dari era Neolithicum Indonesia.” Dan berhubung hingga saat ini