Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Sekapur Sirih

 Oleh P. Frans Ceunfin SVD (Rektor Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero) P. Frans Ceunfin, SVD (Rektor) Museum Bikon Blewut  ini sungguh – sungguh milik Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan didirikan melalui Surat Keputusan Rektor No. 012/SK/LED/VII/83 tertanggal 05 Juli 1983. Segala kekayaan nilai budaya dan sejarah serta ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi–koleksi museum ini merupakan hasil karya akademis dan ekskavasi arkeologis dari para misionaris SVD perdana asal Belanda (Dr. Verhoeven SVD dkk.) dan para Imam SVD pemerhati budaya dan sejarah serta ilmu hingga saat ini. Berhubung  museum  ini  berisikan  koleksi–koleksi yang mengandung kekayaan nilai budaya dan sejarah serta ilmu pengetahuan, maka hingga akhir tahun 2017 museum Bikon Blewut telah menyedot jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 50.316 orang, baik wisatawan domestik (32.115) maupun  wisatawan  mancanegara  (18.201).  Yang  menarik ialah bahwa ternyata museum ini telah menjadi sumber pembelajaran bagi pa

Kata Pengantar

 P. Ansel Doredae, SVD Kepala Museum Museum Bikon  Blewut  adalah  salah  satu  museum non-pemerintah  atau  Museum  Swasta,  yang  merupakan milik dari dan dikelola oleh Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, di antara ratusan Museum Negeri yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia. Menurut ICOM (International Council Of   Museum), museum is a non – profit making permanent institution in the service of society and of   its development, open to the public, which aquires conserves, researches, and exhibits, for the purpose of  study and enjoyment (No. 52). Sebagai sebuah lembaga non – profit, museum Bikon Blewut memiliki visi dan misi, manajemen pengelolaan koleksi – koleksi, serta peran dan fungsi sosial yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Setelah didirikan pada tahun 1983 oleh almarhum Pater Piet Petu, SVD (Sareng Orinbao), Museum Bikon Blewut sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sikka sebagai Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) melalui Surat Keputusan Bupa

Biografi Pendiri Museum

P. Piet Petu, SVD (Sareng Oring Bao) Pendidikan dan Pengabdian Lahir di Nita, Kabupaten Sikka (Flores), pada tanggal 03 Februari 1919 dengan menyandang nama Marga Sareng Orinbao . Sekolah Rakyat (SR) di Alok/Maumere (1929 –1931), Standaarschool di Lela, Kabupaten Sikka (1932 –1935), Seminari Menengah di Mataloko, Kabupaten Ngada – Flores (1936–1942), Novisiat SVD di Ledalero, Kabupaten Sikka (1943–1944), Studi Filsafat dan Teologi di Ledalero (1945–1951), Studi Sejarah di Jakarta (1952–1954) hingga mendapat gelar B1 Sejarah, Kursus Spiritualitas di Nemi, Roma (1961–1962) dimana beliau menulis draft buku Nusa Nipa atas permintaan Konggregasi, Studi Bahasa Jerman di Munchen, Jerman (1962–1963). Kaul  Pertama  dalam  SVD  diikrarkan  di  Mataloko pada tahun 1944 setelah diusir dari Ledalero oleh Jepang selama masa Perang Dunia II; ditahbiskan menjadi IMAM di Gereja Paroki St. Mikhael Nita pada tahun 1951; Guru di Seminari  San  Dominggo  Hokeng,  Flores  Timur  (1951 –1952); 

Bunga Bikon Blewut, Yang Mekar Tiada Pudar

Museum Bikon Blewut Ledalero yang artinya Bukit Sandaran Matahari, seumpama taman dalam persada Maumere. Taman mungil ini memiliki sekuntum bunga bernama Bikon Blewut . Sebuah museum bermahkota cahaya yang selalu mekar tiada pudar. Sebagaimana mahkota terindah mengundang banyak lebah, saya pun bertandang ke sini untuk menjumput keharumannya. Aroma nektarnya yang menyejarah tetap lestari sejak didirikan pada tahun 1983 oleh P. Piet Petu, SVD. Bikon Blewut menyimpan fosil-fosil fauna dan flora Flores. Serta hasil-hasil seni budaya masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur. Adapun total seluruh koleksi museum ini berjumlah 82.127 item. Ruangan utama museum Miniatur perahu pemburu ikan paus di Lamalera Bunga Lintas Generasi Kelestarian Bikon Blewut rupanya meriwayatkan sejarah yang panjang. Benih pertamanya ditanam oleh Dr. Th. Verhoeven, SVD. Seorang misionaris kelahiran Uden, Belanda, yang penuh kecintaan pada dunia arkeologi. Pada tahun 1949, ia bersama beberap