Langsung ke konten utama

Kata Pengantar

 P. Ansel Doredae, SVD


Kepala Museum

Museum Bikon  Blewut  adalah  salah  satu  museum non-pemerintah  atau  Museum  Swasta,  yang  merupakan milik dari dan dikelola oleh Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, di antara ratusan Museum Negeri yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia. Menurut ICOM (International Council Of   Museum), museum is a non – profit making permanent institution in the service of society and of   its development, open to the public, which aquires conserves, researches, and exhibits, for the purpose of  study and enjoyment (No. 52). Sebagai sebuah lembaga non – profit, museum Bikon Blewut memiliki visi dan misi, manajemen pengelolaan koleksi – koleksi, serta peran dan fungsi sosial yang harus dapat dipertanggungjawabkan.

Setelah didirikan pada tahun 1983 oleh almarhum Pater Piet Petu, SVD (Sareng Orinbao), Museum Bikon Blewut sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sikka sebagai Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) melalui Surat Keputusan Bupati Sikka No. 104/4 Maret 1997. Maka manajemen museum telah menata koleksi – koleksi museum ini ke dalam beberapa kategori: Fosil Fauna Gajah purba Flores (Stegodon Trigonocephalus Florensis) sebagai koleksi – utama, fosil – fosil kerangka dan tulang – belulang manusia purba Fores, alat – alat / artefak zaman paleolithicum Flores, artefak zaman perunggu Flores, artefak zaman mesolithicum Flores, artefak zaman neolithicum Flores, serta pelbagai hasil seni-budaya masyarakat Flores hingga saat ini. Dengan kategori koleksi – koleksi ini, museum Bikon Blewut dibanjiri oleh para wisatawan selama jam kantor (07.00 – 14.00) setiap hari, kecuali hari minggu / libur, sehingga telah menyedot jumlah pengunjung sampai dengan akhir tahun 2017 sebanyak 50.316 orang: 32.115 wisatawan domestik dan 18.201 wisatawan mancanegara dari 22 negara.

Semoga profil  ini  dapat  bermanfaat menjadi pedoman bagi para wisatawan untuk mengenal dengan lebih baik “harta kekayaan budaya yang terpendam dan nilai – nilai budaya masyarakat Flores” sejak zaman pra – sejarah hingga sekarang   dan sumber pembelajaran bagi generasi muda Flores.

Selamat datang mengunjungi Museum BIKON – BLEWUT.


Ledalero, 10 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Napak Tilas Berdirinya Museum Bikon-Blewut

  Dr. Theodor Lambertus Verhoeven, SVD [1] : Mastermind Penemuan Kebudayaan Purba Flores   P.  Verhoeven , SVD dalam salah satu kegiatan penggaliannya di Liang Bua Theodor Lambertus Verhoeven lahir di Uden, Belanda, pada tanggal 17 September 1907 dari rahim Ibu yang bernama Johana Maria Vogels dan Ayah yang bernama Petrus Verhoeven. Verhoeven belajar Sejarah Bahasa – Bahasa Klasik dan Arkeologi di Universitas Utrecht, Belanda. Ketika belajar di Universitas Utrecht itu dia terlibat dalam tim ekskavasi ke Italia selama beberapa bulan untuk menggali bekas kota Pompeii dan Herculanum yang terkubur oleh abu vulkanik letusan Gunung Vesuvius. Pada tahun 1948, Verhoeven memperoleh gelar Doktor Etno-linguistik di bawah bimbingan Prof. Hendrik Wagenwoort. Pada tahun 1949, Verhoeven SVD dan beberapa temannya dikirim oleh Kongregasinya SVD menjadi misionaris di Flores, Indonesia, dimana dia menjadi guru di Seminari Menengah Mataloko, Kabupaten Ngada, dan melakukan ekskavasi (penggalian) gua –

Biografi Pendiri Museum

P. Piet Petu, SVD (Sareng Oring Bao) Pendidikan dan Pengabdian Lahir di Nita, Kabupaten Sikka (Flores), pada tanggal 03 Februari 1919 dengan menyandang nama Marga Sareng Orinbao . Sekolah Rakyat (SR) di Alok/Maumere (1929 –1931), Standaarschool di Lela, Kabupaten Sikka (1932 –1935), Seminari Menengah di Mataloko, Kabupaten Ngada – Flores (1936–1942), Novisiat SVD di Ledalero, Kabupaten Sikka (1943–1944), Studi Filsafat dan Teologi di Ledalero (1945–1951), Studi Sejarah di Jakarta (1952–1954) hingga mendapat gelar B1 Sejarah, Kursus Spiritualitas di Nemi, Roma (1961–1962) dimana beliau menulis draft buku Nusa Nipa atas permintaan Konggregasi, Studi Bahasa Jerman di Munchen, Jerman (1962–1963). Kaul  Pertama  dalam  SVD  diikrarkan  di  Mataloko pada tahun 1944 setelah diusir dari Ledalero oleh Jepang selama masa Perang Dunia II; ditahbiskan menjadi IMAM di Gereja Paroki St. Mikhael Nita pada tahun 1951; Guru di Seminari  San  Dominggo  Hokeng,  Flores  Timur  (1951 –1952); 

Kategori Hasil - Hasil Penemuan/ Penggalian Fosil dan Artefak Budaya Purba Flores

Hasil penggalian fosil dan artefak budaya Flores dikategorikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut: Artefak Kebudayaan Neolithicum (Zaman Batu Muda) Flores Sejak tahun 1950, Dr. Verhoeven berhasil mengumpulkan 150 buah kapak dan beberapa alat neolithis yang lain. Alat- alat kebudayaan neolithis ini diperoleh dari tangan penduduk lokal di Flores dan juga ditemukan pada bekas-bekas kampung lama. Kapak-kapak tersebut dapat digolongkan ke dalam beberapa tipe: (a) Kapak persegi-panjang (tipe Jawa), (b) Kapak lonjong (tipe Papua), (c) Kapak berpunggung atas atau dakvorming (tipe Seram), (d) Kapak berbentuk campuran. Tipe kapak yang paling banyak ditemukan adalah kapak persegi-panjang (tipe Jawa), walaupun ada juga sejumlah kecil kapak lonjong (tipe Papua). Kapak-kapak tipe Jawa dan Papua ini ditemukan di wilayah Timur pulau Flores. Hal ini menunjukkan bahwa “pulau Flores berada di daerah pertemuan unsur-unsur Barat dan Timur dari era Neolithicum Indonesia.” Dan berhubung hingga saat ini